Woensdag 22 Mei 2013

CONTOH LAPORAN ILMU UKUR TANAH TEKNIK SIPIL


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Teori

Dalam melaksanakan suatu bangunan, baik bangunan besar, sedang dan yang kecil sekalipun memerlukan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus didasarkan atas hasil pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran-pengukuran yang dimaksud adalah ukur tanah.
Ilmu ukur tanah  merupakan bahagian pendahuluan dari ilmu geodesi, yang memfokuskan pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke bidang datar. Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari masalah kulit bumi yang berupa situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak dan luas.
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan maksud praktis. Maksud ilmiah adalah menentukan permukaan bumi, sedangkan maksud praktis membuat bayangan, yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil permukaan.
Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak, luas, ketinggian, dan sudut kita dapat mengetahui keadaan  dan beda tinggi titik-titik pada permukaan tanah.
Pada ilmu ukur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur yang penting. Oleh sebab itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada pengukuran keduanya. Dalam hal ini, alat yang digunakan adalah theodolit dan waterpass dengan merek Sokkia buatan Jepang. Hasil pengukuran dengan menggunakan kedua alat tersebut akan mendapatkan data-data yang akan dipakai untuk menggambarkan situasi suatu lokasi pengukuran, seperti gedung, tanaman, saluran air, dan jalan. Unsur-unsur itulah yang disebut topografi.

Hasil pengukuran tanah dewasa ini dipakai untuk :
1. Memetakan bumi di atas dan di bawah permukaan laut.
2. Menyiapkan peta-peta navigasi untuk penggunaan di udara, darat, dan laut.
3. Menetapkan batas-batas pemilikan tanah.
4. Mengembangkan Bank Data Informasi Tata Guna Tanah dan Sumber Daya Alam yang membantu dalam pengelolaan lingkungan hidup kita.
5. Menentukan fakta-fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat, dan medan magnet bumi.

1.2 Pemetaan

Peta adalah sebuah materi (terdiri dari gambar, data, dan informasi) yang dideskripsikan dari keberagaman kontur bumi pada bidang datar berdasarkan perbandingan proyeksi yang berskala. Peta dapat didefinisikan juga sebagai suatu gambaran sebahagian dari seluruh pemukaan bumi di atas bidang datar dengan sistem proyeksi yang menggunakan skala tertentu.
Pemetaan lebih ditekankan pada proses pelaksanaan pembuatan peta, bayangan gambar ( proyeksi material ) ini secara lebih detail disebut peta topografi yang menggambarkan bentuk dan ukuran kenampakan relief  baik berdasarkan proses alami ataupun melibatkan suatu manusia sebagai instrumen pelaksana seperti jalan, parit, gundukan tanah, dan lainnya yang terstruktur dalam sebuah kondisi.
Pada umumnya peta merupakan sarana memperoleh gambaran ilmiah yang terdapat diatas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Gambar-gambar permukaan bumi beserta seluruh unsur-unsur yang ada diatasnya, baik unsur alam maupun unsur buatan.
Peta topografi bertujuan untuk menuangkan data yang diperoleh dilapangan ke atas bidang datar dengan skala tertentu. Pada peta tersebut akan memberikan informasi detail lokasi dan bentuk permukaan tempat pengukuran dilaksanakan. Pembuatan peta topografi sangat penting khususnya pada pekerjaan Teknik Sipil karena hampir semua proyek Sipil memerlukan data-data yang detail tentang kondisi lapangan tempat proyek dilaksanakan                                                                                                         untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan.

1.3 Alat-alat yang digunakan
Dalam mengukur keadaan tanah pada suatu lokasi, guna memperlancar jalannya proses praktikum dan penelitian lapangan, dipakai alat-alat sebagai berikut :
  Theodolit
  Waterpassing
  Statif ( tiga kaki )
  Baak meter
  Patok kayu dan paku
  Martil
  Payung
  Alat tulis beserta alasnya
  Meteran












BAB II
THEODOLIT

Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa untuk mendapatkan bayangan keadaan di lapangan, maka diperlukan instrumen yaitu Theodolit dan Waterpass. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal maka haruslah terlebih dahulu kita mengetahui dan memahami arti serta fungsi dari alat tersebut.
Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut, baik sudut vertical maupun horizontal. Yang dimaksud dengan sudut vertical adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang diukur pada skala mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca merupakan nilai dimana theodolit itu ditempatkan.

2.1 Pengenalan Instrumen Theodolit dan fungsinya
Berdasarkan bentuknya, theodolit dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Bagian dasar
Bagian bawah tidak dapat bergerak, memiliki plat yang dihubungkan atau dipasang pada statif berkaki tiga dan horizontal dengan nivo kotak. Pada bawah ini juga dipasang lingkaran horizontal berkala.
Bagian bawah terdiri dari :
  Plat datar
Fungsi : sebagai landasan instrumen yang sifatnya selalu mendatar.
  Tiga buah sekrup menyetel A, B, dan C
Fungsi : untuk membuat bidang horizontal dengan menyetel sumbu II atau garis tegak lurus dengan sumbu I sehingga theodolit tegak lurus dan dapat diamati dengan nivo tabung.


  Nivo kotak
Fungsi : sebagai pedoman untuk melihat apakah theodolit dalam keadaan datar atau tidak dengan menyetel sumbu I tegak lurus sumbu II
  Kunci bagian bawah instrumen
Fungsi : sebagai pengunci instrumen dengan statif
  Klem sumbu I bagian bawah
Fungsi : untuk mengunci theodolit dari gerakkan mendatar
  Penggerak halus sumbu I bawah
Fungsi : untuk menggerakkan teropong dalam gerakan mendatar pada posisi tembak yang tepat.

2. Bagian tengah
Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong kearah sasaran secara horizontal.
Bagian tengah terdiri dari :
  Klem sumbu I
Fungsi : Untuk mengunci sumbu I bila sudah mendapatkan bidikan secara horizontal.
  Penggerak halus sumbu I ( mendatar )
Fungsi : Menyetel sasaran bidikan secara sempurna dengan membantu menempatkan sasaran secara perlahan-lahan dalam gerakan horizontal.
  Teropong sentring
Fungsi : untuk mengamati apakah theodolit sudah tepat berada pada titik patok.
  Nivo tabung
Fungsi : untuk mengamati apakah theodolit sumbu I sudah tegak lurus sumbu II.
  Alhidale
Fungsi : untuk mengunci sumbu I ke segala arah dalam membidik sasaran.
  Mikrometer
Fungsi : sebagai alat penyetel pada saat pembacaan sudut.
  Sekrup koreksi indeks
Fungsi : untuk menyetel kesalahan indeks agar sama dengan nol.
Cermin pemantul cahaya
Fungsi : untuk menerangkan pada saat pembacaan sudut.

3. Bagian atas
Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong ke arah sasaran secara horizontal.
Bagian ini terdiri :
  Teropong
Fungsi : untuk melihat objek yang jauh dengan jelas
Bagian ini terdiri dari :
  Lensa objektif
                 Fungsi : untuk membuat bayangan sejati, diperkecil dan terbalik.
  Lensa pembalik
                 Fungsi : untuk membalik bayangan sejati yang dibentuk oleh lensa objektif.
  Lensa okuler
                 Fungsi : untuk mendapatkan bayangan semu, diperbesar, dan terbalik.
  Pembidik kasar
Fungsi : untuk mendapatkan bidik secara kasar.
  Pengatur focus
Fungsi : untuk membuat bayangan agar jauh pada diafragma sehingga objek yang di bidik terlihat kasar.
  Pengatur lensa okuler
Fungsi : untuk memperjelas benang diafragma didalam teropong pada pembacaan bak meter.
  Teropong sudut
Fungsi : untuk membaca sudut horizontal dan vertical

2.2 Penyetelan Instrumen sebelum digunakan di lapangan
Penyetelan instrumen dapat dibagi atas dua bagian, yaitu penyetelan instrumen sebelum digunakan di lapangan dan penyetelan di lapangan.
Yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrumen sebelum digunakan di lapangan adalah :
1. Sumbu I harus tegak lurus garis nivo.
2. Sumbu II harus dalam posisi mendatar yaitu sejajar arah nivo.
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II.
4. Kesalahan indeks pada skala lingkaran vertical harus sama dengan nol.

a. Cara penyetelan sumbu I agar tegak lurus garis nivo sebagai berikut :
1. Statif didirikan dan instrumen ditempatkan diatasnya.
2. Nivo tabung ditempatkan kira-kira sejajar dengan sekrup penyetel AB, yang disebut kedudukan pertama, dengan sekrup AB seimbangkan gelembung pada nivo tabung.
3. Putar theodolit sumbu I dengan sumbu putar 900 dari kedudukan I, disebut kedudukan kedua, dengan sekrup penyetel C lalu seimbangkan kembali gelembung nivo tabung tersebut.
4. Putar kembali theodolit 1800 dari kedudukan I atau 900 dari kedudukan II, bila terjadi penyimpangan, setengah penyimpangan disetel dengan pen pengkoreksi nivo dan setengah lagi diseimbangkan dengan sekrup penyetel AB.
5. Ulangi kembali pekerjaan di atas sebagaimana ketentuan dari kedudukan I sampai dengan kedudukan II sehingga gelembung nivo tabung pada setiap posisi sudah seimbang jika sudah dalam keadaan demikian berarti sumbu I sudah vertical.

b. Penyetelan sumbu II tegak lurus sumbu I serta garis bidik tegak lurus sumbu II sebagai berikut :
1. Usahakan sumbu I tegak lurus pada satu jurusan yang mendatar.
2. Theodolit dipasang 3-5 meter di depan sebuah dinding yang terang.
3. Gantungkan unting-unting pada tali di dinding tersebut setinggi dua kali instrumen.
4. Ukur tinggi  titik T pada titik pada dinding yang berimpit pada titik potong dua garis diafragma.
5. Beri tanda pada ujung tali unting-unting dengan titik P yang tingginya 2h dari lantai. Dan titik Q tegak lurus dibawah titik T.
6. Teropong diarahkan ke titik T dan atur penggerak halus sumbu I agar titik T terletak pada benang diafragma.
7. Klem sumbu I dikunci, klem sumbu II di buka sambil melihat ke dalam teropong. Angkat teropong pelan-pelan sampai ke titik P, kemudian turunkan teropong pelan-pelan sampai ke titik Q yang ada di bawah unting-unting. Lihat kemungkinan yang akan terjadi sebagai berikut :














P P P P






Q Q Q Q



Keterangan gambar :

1. Keadaan yang sempurna :
- Sumbu I tegak lurus
- Sumbu II sudah datar
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
2. Keadaan sumbu II salah :
- Sumbu I tegak lurus
- Sumbu II belum mendatar
- Garis bidik tegak lurus sumbu II


3. Keadaan garis bidik salah :
- Sumbu I tegak lurus
- Sumbu II sudah mendatar
- Garis bidik belum tegak lurus sumbu II
4. Keadaan sumbu II dan garis bidik salah :
- Sumbu I tegak lurus
- Sumbu II belum mendatar
- Garis bidik belum tegak lurus sumbu II








2.3 Pembacaan data
Pembacaan skala bak meter sama dengan penggaris ( dimensi meter ) pembacaan yang dilakukan terdiri dari benang atas, tengah dan bawah yang harus memenuhi persamaan sebagai berikut :
2BT = BA + BB
sedangkan pada instrument bak meter adalah :
d = ( BA – BB ) x 100
Besaran sudut dibaca pada teropong sudut, dimana didalamnya terdapat skala vertical dan horizontal. Untuk pembacaan sudut vertical maka skala garis diusahakan berada di tengah garis dalam teropong, untuk mendapatkan garis skala tepat berada di tengah garis dalam teropong maka digunakan micrometer skrup.


2.4 Data yang diperoleh
Dari pengukuran yang telah dilakukan dengan alat Theodolit diperoleh data-data sebagai berikut :
  Sudut zenith
  Azimuth dari patok
  Jarak optis/datar
  Beda tinggi












BAB III
WATER PASSING

Hampir sama halnya dengan theodolit, waterpass juga mempunyai prinsip yang tidak jauh berbeda, kegunaan dari alat ini adalah untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih yang berbeda letaknya yang dapat ditentukan dengan pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
Alat ini terdiri dari suatu sumbu putar dilengkapi dengan peralatan lain sesuai dengan keluaran pabrik masing-masing. Sebelum waterpass digunakan dilapangan terlebih dahulu harus dicek dan disetel terhadap adanya penyimpangan yang akan membawa pengaruh dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan.
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh segala macam alat pengukur penyipat datar adalah :
  Garis bidik nivo dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
  Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu I.
  Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu II

3.1 Pengenalan Instrumen dan fungsinya
Waterpass mempunyai beberapa bagian dengan fungsi masing-masing, yaitu :
  Plat penyangga/dasar
Fungsi : sebagai tempat kedudukan instrument.
  Penyetel skrup nivo
Fungsi : sebagai penyetel kedudukan instrument agar mendatar dengan permukaan bumi atau menyeimbangkan nivo kontak.
  Sekrup penyetel nivo tabung
Fungsi : untuk menyetel dan menyeimbangkan nivo tabung
  Nivo kotak
Fungsi : Sebagai pedoman dalam penyetelan bidang horizontal waterpass dalam keadaan seimbang
  Pemantul bayangan
Fungsi : untuk melihat nivo kontak
  Pembidik kasar
Fungsi : untuk membidik objek sasaran secara kasar
  Klem sumbu
Fungsi : sebagai pengunci sumbu horizontal bila sudah mendapatkan sasaran bidikan
  Sekrup penggerak halus
Fungsi : untuk menyetel sasaran bidikan secara sempurna dengan membantu menempatkan sasaran secara perlahan-lahan kearah horizontal
  Teropong
Fungsi : untuk membidik sasaran
  Teropong sudut
Fungsi : untuk membaca sudut bidang horizontal
  Pengatur focus
Fungsi : untuk menempatkan bayangan agar jatuh pada diafragma sehingga bayangan menjadi terlihat jelas
  Cermin pemantul cahaya
Fungsi : sebagai alat pemantul cahaya untuk dapat membaca sudut

3.2 Penyetelan Instrumen sebelum digunakan di lapangan
Setelah mengenal bagian-bagian dan fungsi dari instrumen waterpass, langkah selanjutnya adalah penyetelan instrumen melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
  Didirikan statif pada tempat yang kokoh, usahakan bagian atas statif seimbang pandangan mata.
  Tempatkan instrumen diatas statif
  Ratakan nivo kontak dengan menyetel skrup
  Arahkan teropong ke objek yang akan dibidik, gunakan pembidik kasar sebagai langkah awal
  Gunakan pengatur focus unutk mendapatkan gambar yang jelas dan tajam
  Putar penggerak halus sumbu horizontal untuk mendapatkan sasaran yang akurat.

3.3 Pembacaan
Pembacaan skala benang pada instrumen waterpass sama dengan pembacaan pada theodolit yaitu benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Satu hal yang sangat ditekankan, disini perlu diperhatikan sebelum membaca benang, nivo tabung harus benar-benar dalam keadaan seimbang untuk mencapai pembacaan yang akurat.

3.4 Data yang diperoleh
Dari pengukuran dengan waterpass, data yang diperoleh berupa :
  Pembacaan benang silang
  Jarak dan beda tinggi



BAB IV
PEKERJAAN DI LAPANGAN


4.1 Peninjauan lokasi
Hal peratama yang harus dilakukan sebelum memulai pengukuran adalah mengadakan peninjauan lokasi yang akan diukur. Peninjauan ini bertujuan untuk lebih mengenal daerah yang akan diukur, agar mempermudah pada saat pengukuran. Selain itu juga untuk menentukan titik yang akan dibidik dengan cara menempatkan patok-patok sedemikian rupa sehingga membentuk poligon tertutup.

4.2 Pekerjaan pendahuluan
Sebelum melakukan pengukuran dengan instrumen Theodolit dan Waterpass, terlebih dahulu harus diadakan persiapan-persiapan yang merupakn pekerjaan pendahuluan, antara lain :
  Menempatkan patok-patok membentuk poligon tertutup
  Menentukan arah utara sebagai titik ikat
  Penempatan paku diatas setiap patok sebagai sasaran bidikan
  Mengukur jarak setiap titik sisi poligon dengan menggunakan meteran
  Mengukur tinggi patok dengan menggunakan meteran
  Membuat sketsa poligon yang akan dibuat

4.3 Pengukuran dengan menggunakan Theodolit
Pengukuran dengan menggunakan instrumen Theodolit dimaksudkan untuk mengetahui besarnya sudut. Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Didirikan statif pada patok pertama ( patok A ) pada poligon yang telah ditentukan
b. Letakkan instrumen diatas statif dan atur sesuai dengan urutan kerja yang telah diuraikan pada Bab II
c. Ukur tinggi instrumen dari atas paku
d. Putar busur dan atur skala hingga tepat pada posisi nol pada arah utara ( gunakan kompas ), lalu kunci klem busur
e. Buka klem horizontal, arahkan ke patok B tepat pada ujung paku dan kunci klem sumbu I agar tidak menyimpang dari sasaran
f. Untuk memperjelas penglihatan pada paku tersebut gunakan pemutar focus
g. Untuk memperjelas benang diafragma aturlah penyetel lensa okulernya
h. Setelah bayangan paku didapatkan, kunci klem pada sumbu II
i. Gunakan penggerak halus sumbu I dan sumbu II untuk menempatkan kepala paku tepat diatas perpotongan diafragma
j. Baca benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut horizontal dan sudut vertical
k. Buka kembali kedua klem dan arahkan instrumen ke titik yang terakhir ( patok F ) dengan mengikuti petunjuk f-k
l. Bila sudut di patokl F sudah dibaca maka kurangkan besar sudut tersebut dengan besar sudut patok B untuk mendapatkan besar sudut patok A
m. Pindahkan instrumen tersebut ke patok B dan ulangilah instruksi diatas, lakukan hingga patok F
n. Pada pembacan sudut vertical dan ketinggian dipergunakan bak meter yang ditempatkan tegak lurus dengan bidang horizontal tepat diatas paku
o. Untuk mendapatkan situasi, letakkan bak meter di titik sekitar patok. Situasi ini merupakan kelengkapan pemetaan didalam gambar
p. Catat pada tabel untuk benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut horizontal, dan sudut vertical untuk setiap titik.

4.4 Pengukuran dengan menggunakan waterpassing
Pengukuran dengan instrumen waterpass dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian suatu daerah. Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain :
a. Letakkan statif diantara dua patok
b. Letakkan waterpass diatas statif
c. Atur ketiga skrup penyetelnya dengan mengamati nivo kotak, untuk mendapatkan letak waterpass yang datar
d. Kemudian dirikan bak meter pada patok yang akan dibidik
e. Arahkan teropong dengan bidikan kasar kearah bak meter
f. Kunci klem sumbu I agar sasarannya tidak berubah
g. Atur penyetel focus dan okuler untuk memperjelas bayangan dan garis diafragma
h. Sebelum melakukan pembacaan, perhatikan sekali lagi keadaan nivo kotaknya. Apakah masih dalam keadaan seimbang
i. Baca kedudukan benang atas dan benang bawah, catat dalam tabel
j. Buka klem sumbu I dan arahkan ke bak meter di titik lain
k. Ulangi instruksi f s/d I untuk patok selanjutnya
l. Jika pekerjaan selesai, ubahlah posisi instrumen pada kedudukan lain dan masih diantara kedua patok tersebut
m. Kerjakan pembidikan seperti pada kedudukan pertama
n. Pengukuran dilakukan dengan prinsip saling mengikat dimana titik pertama dianggap belakang
o. Kerjakan pengukuran hingga nanti merupakan suatu patokan yang memanjang

4.5 Pembacaan pada instrumen
Pada saat melakukan pembacaan keadaan atau situasi sangat dituntut ketelitian. Pembacaan sebaiknya dilakukan satu kali, jangan berualng-ulang. Untuk menghindari besarnya kesalahan, setiap data yang telah dibaca harus dicatat dengan rapi untuk mempermudah proses penghitungan.pada saat pengukuran hendaklah instrumen dihindar dari goncangan, panas, dan air. Karena instrumen ini sangat sensitif terhadap hal-hal tersebut yang bila terjadi akan mengakibatkan kesalahan pembacaan dan memungkinkan terjadinya kerusakan pada instrumen, sehingga proses pengukuran dapat terganggu


4.6 Pengukuran Crossing dengan menggunakan Waterpassing
Untuk pelaksanaan pengukuran crossing, kita perlu menentukan daerah yang akan di-cross. Kemudian baru dipilih titik yang dekat dengan daerah crossing dan diteropong ke salah satu titik. Lalu dibaca benang atas, benang tengah, benang bawah, dengan persamaan :
                                          BT     =    

Setelah pembacaan benang, sudut horizontal yang dibentuk harus nol. Waterpass diputar kearah daerah crossing dan dibaca sudut yang terbentuk. Usahakan agar pantulannya berkisar pada derajat yang genap, dengan menit serta detiknya pada nol.
Kemudian diletakkan bak meter pada salah satu titik yang akan di cross, dimana waterpass tidak boleh berubah kedudukan sudutnya lagi. Lalu dibaca benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Dengan hanya memindahkan bak pada titik cross yang lain, ulangi seperti tadi untuk beberapa titik yang lain.















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kelompok II yang berlokasi di gedung lab teknik sipil, diperoleh data pengukuran sebagaimana yang terlampir. Dari pengolahan data hasil praktikum tersebut telah kami buat peta topografinya dan juga gambar penampang melintang dan memanjang. Untuk data-data dan gambar dapat dilihat pada lampiran.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ada dua yaitu Theodolit dan Waterpass. Theodolit digunakan untuk mengukur besarnya sudut dan arah, berguna untuk mengukur beda tinggi, data yang diproleh digunakan untuk pembuatan gambar penampang melintang. Waterpass juga mempunyai prinsip yang tidak jauh berbeda, kegunaan dari alat ini adalah untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih yang berbeda letaknya yang dapat ditentukan dengan pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
Kesalahan-kesalahan dalam pembacaan yang tidak dapat dihindari masih terdapat dalam melakukan praktikum ini, namun kesalahan-kesalahan tersebut masih dapat di toleransi, kesalahan ini dapat disebabkan oleh :
  Kesalahan/kekeliruan praktikum dalam membaca besar sudut dan bak meter, baik pada Theodolit ataupun pada Waterpass.
  Kesalahan yang memang terdapat pada instrumen.
  Medan yang berat.
  Situasi alam yang tidak menentu seprti cuaca, iklim, dan sebagainya yang tidak mendukung.





5.2 Saran-saran
a. Kami mengharapkan untuk saat-saat mendatang, kepada kelompok-kelompok yang melakukan praktikum agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengukuran dilapangan.
b. Kami mengharapkan agar ada kerjasama yang baik ataupun teman-teman dalam melakukan praktikum sehingga dapat selesai tepat waktu.
c. Hendaknya teman-teman dalam membuat laporan segera mungkin agar data yang didapat tidak rusak atau hilang, dan sering-seringlah konsultasi dengan pembimbing praktikum.
d. Dalam melaksanakan praktikum diharapkan agar sangat berhati-hati dalam menggunakan instrumen.




















DAFTAR PUSTAKA

1. Grup XIII 2008. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Banda aceh. 2009.